Jumat, 23 September 2016

Kawah Ijen | Pengalaman kami Mendaki dan Tipsnya

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Semoga kamu dan keluargamu selalu diberi berkah oleh Allah SWT. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih diberi kesehatan jasmani dan rohani beserta keluargaku di rumah tercinta ini. Pada kesempatan ini aku ingin memberikan pengalamanku tentang pendakian kami mendaki kawah ijen, kalian tau kan kawah ijen? Jangan sampai kalian bilang tidak? Apa!? Kalian tidak tau !? Oh tidak :o Berarti kalian pendaki yang kurang beruntung hehe. Kalian harus baca postingan ini agar tau

Aku sudah 4x mendaki kawah ijen yaitu pada tanggal 15/09/2013, 14/04/2014, 01/01/2015, dan yang terakhir kalinya adalah sekitar bulan lalu yaitu pada tanggal 07/08/2016. Namun, yang ingin aku bagi disini adalah pendakian kami yang ketiga yaitu pada tanggal 1 Januari 2015.

Seminggu sebelum pemberangkatan kami sudah bermusyawarah dan saling memberi pendapat kapan waktu yang tempat untuk mendaki kawah ijen, dikarenakan pada waktu itu adalah musim hujan dan kami waktu itu masih pelajar sehingga pada akhirnya kami sepakat menunggu hari libur tapi bukan hari minggu, hasilnya kami sepakat untuk mendaki hari kamis dan sangat kebetulan sekali hari itu  libur dikarenakan hari kamis adalah Tahun baru Masehi jadi semua pelajar libur, mengenai musim hujan kami bisa mengantisipasinya dengan masing masing dari kami membawa jas hujan.

Hari Rabu atau Satu hari sebelum pemberangkatan, salah satu temanku yang bernama didin telah menghubungi temannya yang aku rasa aku baru kenal waktu itu juga. Sebut saja namanya Luluk. Luluk itu Orangnya baik, ramah dan murah senyum, Usianya pada waktu itu masih 17 tahun. Dia adalah siswi Pondok pesantren di Nurul Jadid Probolinggo, jadi bisa dikatakan luluk orangnya muslimah banget. Dia ingin mendaki kawah ijen untuk pertama kalinya, Jadi didin mengajak kami untuk menemani dia mendaki kawah ijen. Didin dan luluk telah beteman sejak SMP, mereka bersekolah di SMPN 2 bondowoso jadi mereka saling mengenal satu sama lain dan bisa dikatakan sangat akrab. Rumah luluk jauh dari rumah kami jadi kami hanya bisa menghubungi dia lewat SMS, Dan akhirnya setelah menghubungi luluk dan sepakat bahwa besok akan mendaki kawah ijen, kami bertiga Aku, Didin , dan Adi  ingin menikmati malam terakhir di Tahun 2014 bersama sama di Alun – Alun Bondowoso dan berharap semoga pemerintah daerah membakar kembang api seperti tahun tahun sebelumnya. Sambil menunggu kembang apinya di bakar, kami mampir sejenak di rumah adi, dikarenakan rumah dia dekat dengan Alun – Alun jadi alangkah baiknya Aku menaruh motorku disana dan kami berjalan kaki ke Alun – Alun karena takut terjadi hal – hal yang tidak diinginkan seperti kemacetan dan ribet yang kebangetan dikarenakan tidak ada tempat parkir hehehe. Setelah kami mendengarkan bapak pemerintah bondowoso memberikan himbauan, arahan dan harapan harapan kedepannya, beliau menghitung dari angka 10 – sampai 0 dan mengucapkan selamat tinggal 2014 - Selamat datang untuk 2015, Tepat setelah beliau meangakhiri pidatonya lampu di kota kami mati seketika dan pada akhirnya apa yang kami tunggu tunggu terkabul sudah, dari balik panggung tempat bapak pemerintah bondowoso berdiri keluar kembang api yang sangat banyak dan berwarna warni ditambah lagi suara motor sepeda yang di main main kan sehingga kegaduhan dan keramaian di sana – sini.  Akhirnya Kami puas dan kami pulang mengambil motorku untuk segera menyiapkan fisik dan perlengkapan untuk besok.

Jam 4 dini hari aku terbangung dengan Alarm Handpone yang telah aku aktifkan sesaat sebelum aku tidur, rasanya aku masih malas untuk bangun, mataku masih perih dikarenakan semalam tidur terlalu larut tapi apa boleh buat itu sudah menjadi resiko pribadi. Aku mencoba menghubungi temanku yang lain dan berniat membangunkannya tapi mereka saat aku misscall dengan sangat cepat me-rejectnya. Aku anggap mereka sudah bangun, jadi aku persiapkan diriku sendiri untuk mandi dan mengerjakan Shalat Shubuh. Setelah Semua siap, sekitar Set 6 aku pun berangkat ke rumah didin dan ke rumah adi, tak lupa aku berpamitan kepada orang tua agar sampai ke tujuan dan pulang dengan selamat. Didin membawa motor sendiri dan Adi bonceng bersama aku. Pukul 6 kami pun berangkat ke rumah luluk, rumah luluk berada di desa yang berbeda dengan kami jadi kurang lebih pemberangkatan kami menuju rumah luluk sekitar 45 menit menggunakan sepeda motor. Desa luluk masih sangat alami, pohon bambu dan sawah di pinggir jalan masih setia menemani perjalananan kami menuju kerumahnya ditambah lagi suhu sejuk di pagi hari dengan sedikit asap kendaraan bermotor memberikan suasana yang berbeda saat aku berada di desaku dan mungkin temanku yang lain juga merasakannya. Setibanya disana kami disambut hangat dengan keluarganya, bapak luluk menjabat tangan kami satu persatu dan mepersilahkan kami masuk dan duduk di dalam. Kami dihidangkan kopi hangat dan kue kue tradisional. Kami pun berbincang – bincang sejenak, bersenda gurau, dan beliau mengingatkan kami untuk berhati – hati saat di perjalanan. Tidak puas kami berbincang – bincang tapi kami harus akhiri percakapan dengan beliau dan segera berangkat dikarenakan khawatir  pulang dari kawah ijen terlalu sore dan itu juga membuat kami terlalu malam untuk sampai ke rumah. Luluk bonceng ke didin dan seperti tadi adi tetap bonceng bersamaku dan akhirnya kami berangakat bersama – sama dengan mengucap bismillah

Seperti postinganku disebelah. Kawah ijen ini terletak di perbatasan antara kota Banyuwangi dan kota bondowoso, Jawa timur. Kawah ijen memiliki ketinggian sekitar 2.443mdpl dan mempunyai kawah lebar sekitar 5.466ha. Jadi Suasana dan suhu di daerah tersebut maupun di perjalanannya sangat berbeda sekali dengan di rumah dan daerah kami. Saat di perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang menyergakan mata kami, hamparan bukit dan hamparan rumput segar hijau membentang luas, pohon – pohon besar disebelah kanan dan kiri kami, lumut lumut menempel di tebing perbukitan, suara burung burung berkicau merdu, truk truk besar bermuatan bahan sumber daya daerah berlalu – lalang, Terik matahari yang tak terasa dikarenakan suhu suhu perbukitan, taman – taman indah, pemukiman warga yang ramah telah menjadi saksi sejarah pemberangkatan kami ke kawah ijen.

Untuk menuju kawah ijen ada 3 pos perizinan, saat di pos pertama anda dapat berhenti sejenak menikmati pemandangan indah berupa hamparan bukit bukit yang sangat memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya, setelah mengisi buku tamu kami melanjutkan perjalanan, ketika kami asik berbincang bincang di perjalanan tidak terasa kami sampai di tempat yang kami harapkan, Tempat itu adalah tempat pemberhentian terakhir bagi pengendara yang ingin mendaki kawah ijen, kamu akan dikenakan biaya parkir yang relatif murah dan mengenai keamanan sangat bisa diharapkan sekali, di tempat tersebut terdapat warung makan, minum, perlengkapan mendaki dan toilet jadi untuk kamu yang tidak membawa bekal atau ingin membuang air dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dikarenanakan saat di jalur pendakian tidak ada toilet melainkan semak semak di kanan dan kiri  jalur pendakian, akan sangat memalukan bila itu terjadi, tapi apa boleh buat semisal itu sudah dalam kondisi terdesak, jadi pikirkan baik baik saat kamu berada dibawah. Kami pun mendaki bersama – sama, seperti biasa kami melakukan pemanasan sederhana agar badan lebih bugar dan tidak mudah capek, banyak pendatang yang dari dalam kota dan luar kota bahkan tak jarang pendatang dari luar negeri telah mendahului kami sampai di tempat itu terlebih dahulu, Pendaki kali itu sangat banyak menurutku dibandingkan ketika aku pertama kali dan kedua kalinya kesana, mungkin saja dikarenakan libur tahun baru masehi. Jalur pendakian masih relatif aman, hanya saja karena itu jalur gunung sudah pasti jalannya menanjak dan berliku – liku mungkin dikarenakan medan jalan yang seperti itu membuat teman kami yang bernama luluk membutuhkan dorongan dari belakang, dan sesekali kami saling tarik – menarik satu sama lain untuk sampai dengan cepat, hampir setiap orang yang kami lewati selalu memberi semangat dan mengatakan bahwa puncaknya sudah dekat padahal aku tau tempat yang kami pijak ini masih lumayan jauh, sebenarnya tidak ada maksud dari mereka – mereka yang mengatakan demikian melainkan hanya ingin memberikan semangat, sugesti dan motivasi agar kami dapat sampai di atas. Jalur pendakian sekitar 3Km dan hanya ada satu pos penjualan di atas yang menyediakan makanan dan minuman ringan yang kurang lebih dari tempat parkir ke pos pemberhentian sekitar 1,5Km. Dikarenakan kami mendaki tanggal 1 Januari banyak penjual menggunakan gerobak berbaris menjajahkan manakan dan minuman di sepanjang jalan yang jaraknya tidak jauh dari pos pemberhentian tersebut dan tanpa sadar dalam hati kecilku berkata”Aku aja bawa diri susahnya minta ampun, apalagi beliau yang sampai bawa gerobak, tidak pernah kebayang betapa capeknya beliau” Bukan hanya gerobak dari para pedagang, setiap harinya banyak para penambang belarang yang naik – turun yang kabarnya sekali angkat sekitar 70Kg sedangkan perkilogram kurang dari seribu rupiah*Oh My God :’( ,usia penambang menurutku sekitar 30 – 50 tahun karena dari raut wajah dan rambut beliau sangat nampak. Saat aku mengingat – ingat memori tersebut aku sangat bersyukur dan masih sangat beruntung aku selalu tercukupi di hampir sebagian keinginan yang aku harapkan . kami pun berhenti sejenak di tempat tersebut sambil memakan bekal yang kami bawa, setelah puas kami beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan, langit tampak gelap dan sesaat kami berpikir semoga tidak terjadi hujan, karena diatas tidak ada lagi tempat untuk berteduh. Sekalipun kami membawa jas hujan, jas hujan tersebut kami taruh dalam jok sepeda motor karena pada awalnya kami tidak berpikir bahwa akan terjadi hujan saat pendakian akhirnya kami pun bergegas dengan cepat melebihi kecepatan sebelumnya tapi sangat disayangkan sekalipun kami telah berjuang ketika hanya tinggal beberapa langkah lagi, hujan turun dengan lebatnya ditambah lagi asap belerang yang banyak membuat kami harus turun dengan segera, bahkan para penambang dan pendaki lainnya pun menyuruh kami segera berbalik , tapi luluk tetap memaksa dirinya sendiri untuk sebentar saja diatas  mengambil gambar dan duduk sejenak, akhirnya kami mencoba menerobos kabut dan hujan yang lebat, semakin jauh kami melangkah semakin kuat asap belerang terhirup ke hidung kami, kami pun batuk – batuk dan terpaksa dan sangat berat untuk dirasakan kami harus turun dan mundur dari pendakian agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginakan, masker yang kami pakai dirancang tidak untuk medan seperti itu jadi mau dipakai ataupun tidak dipakai asab belerang tetap tercium, dengan nada lesu luluk berkata”kecewa ya, padahal aku sudah ndak mau mendaki lagi, ndak kuat aku” kami pun tertawa sambil memberikan pengertian kepadanya, Kami mencari tempat duduk yang berada dalam kondisi aman dari asap belerang, kami berhenti di semak – semak dan sambil berharap semoga asap belerang yang tadinya banyak akan berkurang perlahan, hujan tidak kami hiraukan, kami pun setia menunggu dibawah derasnya hujan, banyak para pendaki yang telah menasehati kami dan menyuruh kami untuk segera turun tapi kami tetap setia menunggu momen berharga itu. Hujan pun hampir reda namun asap belerang yang kami harapkan agar segera menipis tidak kunjung menipis hanya ada beberapa orang saja diantara pendaki termasuk kami yang masih tetap bertahan disekitar puncak kawah ijen, tapi apa boleh buat, waktu hampir sore dan asap belerang tidak kunjung turun, dan akhirnya kami sepakat turun untuk pulang sambil membawa rasa kekecewaan pada diri kami masing – masing dikarenakan kami hanya mendapatkan capek dan basah – basah, tetapi tetap tidak mendapatkan seperti yang kami rencanakan sebelumnya.

Itulah Cerita pengalaman kami mendaki kawah ijen pada tanggal 1 Januari 2015, berdasarkan pengalamanku mendaki kawah ijen. Aku juga punya cerita pengalamanku melihat blue fire dan menyentuh air kawahnya :3 simak pengalamnku disini "menyusul", aku  punya tips untuk kamu yang ingin mendaki kawah ijen tetapi tidak ingin bermalam

Tips Mendaki kawah ijen untuk kamu yang tidak bermalam :

1.      Aku sarankan jangan mendaki saat musim hujan, Mengenai perkiraan bulan tentang  musim yang mengtakan bulan sekian sampai sekian musim kemarau/hujan, aku rasa menurutku telah sangat diragukan dikarenakan terkadang sekalipun musim kemarau, hujan setiap harinya sangat deras begitupun sebaliknya mungkin dikarenakan lapisan ozon yang semakin menipis atau terdapat unsur lain, jadi aku sarankan kurang lebih seminggu sebelum pemberangkatan mengecek perkiraan cuaca kedepannya di webiste BMKG daerah setempat.

2.      Menjaga Kebugaran dengan meminum susu, madu atau semacamnya sehari sebelum berangkat, dan usahakan tidak tidur dengan larut*jangan contoh kami :v

3.      Memakai dan membawa Perlengkapan mendaki secukupnya seperti Jaket, Sepatu
yang tidak licin dan nyaman untuk digunakan, Tas ukuran sedang yang cukup untuk bekal dan tentunya kotak First Aid dengan isi yang secukupnya juga, semisal tidak sempat membeli bekal, kamu bisa membelinya setiba di pos pemberhentian terakhir

4.      Jika kamu membawa kendaraan pribadi khususnya sepeda motor cek kendaraan sebelum berangkat ban, bahan bakar dan busi sepeda motor dikarenakan bengkel dan tempat penjualan bensin sangat jauh jaraknya. Bawalah jas hujan dan taruh dalam jok untuk berjaga – jaga apabila hujan turun saat kamu pulang

Aku Akhiri postinganku kali ini, Jika ada krtik dan saran dari kalian tolong tulis komentar kalian di bawah, Terimkasih. Semoga bermanfaat untuk kita semua
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh J



EmoticonEmoticon